Green Future Leaders Training , Sebuah Buah Tangan
oleh
Finka Hendratantular
Training ini adalah kali kedua diadakan oleh Keuskupan Bandung, bekerjasama dengan Sub Komisi Lingkungan Hidup, Katedral Bandung. Training ini bertujuan memberikan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran akan lingkungan hidup yang kian kritis kepada calon-calon pemimpin bangsa di masa depan.
Selama 2 hari 1 malam, peserta diajak menelaah mengenai lingkungan hidup serta mempraktekkan salah satu cara untuk mencegah kerusakan lingkungan hidup.
__________________________________________________________________________________________________
Bersama Bapak Eka Budianta, yang merupakan sastrawan pemerhati lingkungan hidup, dan tumbuhan sawo pada khususnya, peserta dibekali pengertian mengenai mencintai lingkungan hidup. Untuk mencintai, kita harus memenuhi 3 hal berikut, yaitu : mengenali, merawat dan memelihara, serta mengajak orang lain untuk mencintai.
Setiap makhluk hidup mempunyai 3 manfaat, tidak terkecuali tumbuhan apapun, yaitu:
1. Manfaat Ekologis Sebagai contoh,binatang capung. Capung memiliki manfaat sebagai indikator air dan udara yang bersih. Karena capung hanya mampu dan mau bertelur di air bersih.
2. Manfaat Ekonomis Capung di China digunakan untuk mengenali mana panen yang baik (karena capung memakan lalat buah). Selain itu, manfaat ekonomis lainnya, yaitu sebagai inspirasi desain helikopter, juga sebagai informasi.
3. Manfaat Edukasi Di Jepang, capung sebagai simbol kecepatan atau akselerasi, presisi (samurai), sedangkan di Inggris, capung sebagai simbol detektif.
saat presentasi kelompok
hasil karya kami dari koran bekas
mendapat 1st best participant
Foto bersama bapa Uskup
Temukan keistimewaan kalian!
Di kalimat mutiara ini, Bapak Eka Budianta mengajak kita untuk menemukan keahlian kita masing-masing. Menjadi seorang ahli bukanlah sesuatu yang mustahil. Ingatlah, kita tidak mungkin tidak bisa menjadi ahli dari sesuatu, karena jenis makhluk hidup ada banyak sekali di dunia ini. Pekerjaan dan lahan kita amatlah banyak. Nah, sekarang, bagaimana kita dapat menemukan ketertarikan kita yang kemudian dapat kita tekuni?
Pak Eka Budianta memaparkan beberapa hal :
Yang pertama, kita harus membuat list mengenai ketertarikan kita, di isu manakah ketertarikan kita? Misalkan di isu mengenai sumber pangan atau sumber energi. Temukanlah hal yang paling kita sukai, the most interesting thing!
Yang Kedua, Carilah biaya atau sumber dana, untuk menjalankan kegiatan kita. Apabila kita menekuni sesuatu, kita pasti akan membutuhkan dana pengembangan. Kita tidak perlu bingung dengan keterbatasan dana. Diluar sana, banyak sekali sumber dana yang disediakan. Kita hanya perlu ‘sedikit’ lebih rajin untuk mencari. Carilah di internet, tanyalah pada yang lebih berpengalaman, berpikirlah dan berusahalah! Dimana ada keinginan, disitu ada jalan!
Apabila sudah memenuhi 2 hal diatas, maka kita akan mewujudkannya dalam tindakan yang lebih konkret. Lalu, bagaimana urutannya? Ada 6 hal yang harus kita lakukan, yaitu :
1. Mempunyai (topik yang jelas fokus). Contoh, Elisabeth Wijaya menjadi pakar Bambu dari Indonesia. Topiknya : Bambu
2. Tenaga Kerja yang handal, komit, konsisten.
3. Program ini harus dipisah menjadi 3 ronde yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
4. Produk. Yang dimaksudkan dengan produk adalah, kita harus dapat menghasilkan produk dari apa yang telah kita tekuni, selain sebagai bukti penelitian kita, juga sebagai bukti kekreatifan kita. Banyak sekali hasil produk yang dapat kita buat. Misal: seminar, ekowisata, produk batik, bross, kaos (souvenir).
5. Pasar (stake holder). Untuk menjadikan produk kita terserap, maka kita membutuhkan pasar. Paling tidak, kita memulai dari lingkungan terdekat kita, yaitu keluarga dan teman-teman. Keluarga dan teman-taman yang mendukung, pada akhirnya akan menambahkan semangat kita untuk menghasilkan produk lebih besar.
6. Networking. Di era globalisasi ini, sudah tidak mungkin apabila kita melakukan sesuatu tanpa memiliki jaringan. Network amat sangat penting dalam lingkup pengetahuan dan penelitian. Disaat kita kehabisan ide dan butuh teman untuk meneguhkan, kita dapat menggunakan network kita yang luas untuk bertukar pikiran dan mencari ide baru yang segar. Kita tidak akan kesepian dan merasa sendiri apabila kita memiliki networking yang banyak. Diantara seluruh manusia di bumi ini, pasti ada saja orang yang sependapat dan satu ide dengan kita.
Sebagai contoh :
1. Fokus : pantai
2. SDM : Hanna
3. Program : Pangandaran, penyu, konservasi
4. Produk : jual topi, wisata penyu, tanam terumbu karang, rumput laut, mutiara, OR
Jangka waktu : 10 tahun.
5. Stake Holder : anak sekolah
6. Networking : Dipasarkan ke Eropa, USA, tentang ombak yang tinggi untuk berselancar, dll. pariwisata.
Sumur Resapan
Setelah kita menemukan interest kita, ada baiknya kita memulai dengan hal yang paling dasar yang dapat kita lakukan. Pengetahuan menganai sumur resapan, baru saya dapatkan di training ini. Bapak Boy dari Sub Komisi Lingkungan Hidup memutarkan video mengenai bagaimana bangunan sekolah Santa Angela Bandung mengalirkan air dikala hujan. Pada saat hujan deras, terlihat tidak ada genangan sama sekali di lingkungan Sekolah Santa Angela. Air yang turun dari langit langsung meresap dan masuk ketempat yang sudah disediakan. Ternyata, Sekolah Santa Angela telah menerapkan sistem sumur resapan pada seluruh lingkungan sekolahnya. Santa Angela memiliki 21 titik sumur resapan. Lalu, apa gunanya sumur resapan? Sumur resapan berguna untuk menampung dan menyimpan cadangan air di kala hujan yang kemudian air yang ditampung dapat dialirkan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih seperti untuk air keran, dll. Dengan adanya sumur resapan, Sekolah Santa Angela tidak pernah kekurangan persediaan air bersih. Karena, air hujan merupakan salah satu sumber air yang masih bersih. Untuk idealnya, setiap 300 meter, harus dibuat 1 sumur resapan.
Mungkin, di lingkungan kampus kita Unpar, juga perlu diterapkan metode sumur resapan seperti ini. Kontur lingkungan kampus kita memang lebih sulit untuk menerapkan metode ini dibandingkan dengan lingkungan Sekolah Santa Angela, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Sumur resapan amat sangat kita butuhkan untuk menyimpan persediaan air. Belakangan ini, banyak protes warga sekitar Ciumbuleuit mengenai semakin berkurangnya persediaan air mereka karena kebutuhan air Unpar amat banyak dan mengambil porsi air bersih penduduk. Sebagai Universitas katolik yang menjunjung tinggi kepedulian, salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup perlu dibangun. Kampus kita perlu menambahkan metode sumur resapan ini kedepannya supaya tidak menggangu kebutuhan air bersih penduduk sekitar, paling tidak, kampus kita dapat mandiri dalam penyediaan air bersih. Syukur-syukur bila dapat ‘menyumbangkan’ air bersih pada penduduk dan lingkungan sekitar.
Pastor Sampah
Hari berikutnya, adalah sesi bersama Romo Andang, atau pastor yang mendapat julukan ‘Romo Sampah’, dikarenakan kepedulian ‘berlebihan’ terhadap sampah. Di pembukaan sesi Romo Andang, beliau mengungkapkan mengenai 3 masalah pokok di kota besar yaitu : Polusi udara, polusi air,dan polusi tanah. Air tanah juga rusak dikarenakan adanya intrusi air laut, serta pencemaran dari bakteri e.coli. Untuk menjadi ‘pejuang lingkungan hidup’, yang harus kita bangun adalah HABITUS. Habitus, apakah itu? Ada 3 hal yang harus dicapai, yaitu : Kebiasaan sosial, tidak mengedepankan kebiasaan personal, serta bukan hanya kesadaran belaka melainkan perbuatan dan sikap. Dengan melakukan habitus, kita akan menuju pertobatan ekologis. Dengan ajaran Cinta Kasih, kita melakukan pertobatan ekologis. Ajaran Cinta Kasih dalam perilaku terhadap sampah dapat kita lakukan dari hal kecil yang memang dapat kita lakukan. Romo Andang mencetuskan slogan : “Taruh Sampah, Jadikan Berkah! “. Ada arti dibalik slogan ini, maksudnya adalah, sampah itu bukan dibuang, tapi di taruh atau diletakkan, karena masi bernilai dan bisa menjadi berkah. Contohnya saja, koran-koran bekas, dapat kita kilokan dan kita jual, atau bagi saudara kita para pemulung, sampah botol, plastik, kaleng, karet, dll masih dapat dijual dan dijadikan penghasilan.
Dimulai dari Kita
Hal kecil yang dapat kita lakukan adalah menaruh dan memilah sampah. Kita harus bisa memisahkan, memilah sampah. Supaya mempermudah kita serta saudara pemulung kita untuk menjadikan sampah ini menjadi berkah. Selain itu, dengan kita memilah dan menyisihkan untuk saudara kita para pemulung, kita juga dapat menambahkan nilai sosialisasi kita. Kita akan berkomunikasi dan membangun relasi dengan para pemulung dan orang lain, mungkin pengepul sampah, tukang angkut sampah,dll. Namun, perlu kita ketahui, ada juga hambatan kita dalam mendisiplinkan diri menjadikan pemilahan sampah sebagai habitus kita, konon, kelemahan dasar manusia adalah : pelupa, pemalas, dan egois. Tiga hal negatif inilah yang sekiranya pasti ada dalam diri kita yang menghambat kita untuk membangun HABITUS. Maka dari itu, solusi untuk membangun HABITUS, harus berdasarkan pertimbangan 3 kelemahan dasar manusia ini. Karena manusia pelupa, maka kita harus selalu sabar mengingatkan dan mengingatkan, mengingatkan tidak melulu melalui perkataan tapi juga dapat melalui perbuatan langsung. Misal, saat melihat ada sampah bekas bungkus makanan di jalan, langsung kita pungut, dan kita taruh pada tempat sampah yang berlabel non organik, karena sampah tersebut adalah sampah plastik. Contoh perbuatan akan menjadi pengingat paling ampuh bagi kawan-kawan kita.
Untuk mengatasi kelemahan manusia yang kedua yaitu pemalas, kita juga harus extra melakukan penyediaan. Kita perlu memperbanyak sarana dan prasarana yang sekiranya dibutuhkan dalam upaya menyukseskan HABITUS. Manusia yang pemalas, akan malas mencari tempat pembuangan sampah yang tidak terlihat dari mata mereka. Maka dari itu, untuk membantu teman-teman kita membangun HABITUS, perlulah kita bantu dengan sarana dan prasarana. Lalu, kelemahan ketiga adalah keegoisan manusia. Manusia tidak peduli akan orang lain, mereka cenderung hanya peduli dengan dirinya sendiri atau maksimal sanak keluarganya. HABITUS akan sulit dibangun oleh karena sifat egois manusia. Upaya kita sebagai ‘pejuang lingkungan hidup’ adalah memberikan pengertian pada para ‘egois people’ ini mengenai pentingnya kepedulian terhadap lingkungan hidup, dikarenakan manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan manusia lain dan pastinya lingkungan hidup. ‘Pejuang lingkungan hidup’ harus sadar betul bahwa tugas mereka tidak mudah. Diperlukan keteguhan, kesabaran, dan niat yang kuat untuk menjadikan hal ini sukses. Diperlukan pendidikan serta kedisiplinan dalam mencapainya. Ingatlah analogi ini. Simbol sebuah salib atau tanda tambah. Garis horisontal ke kanan menganalogikan bahwa kita harus mencintai sesama kita dan garis horisontal ke kiri menganalogikan bahwa kita harus mencintai musuh kita. Garis vertikal keatas dianalogikan bahwa kita harus mencintai Tuhan kita, garis vertikal kebawah diartikan bahwa kita harus mencintai bumi pertiwi kita.
Pengetahuan pemilahan Sampah dari Romo Andang :
Dirumahnya, Romo Andang melakukan 7 pemisahan/pemilahan sampah, yaitu :
1. Sampah Plastik
2. Sampah Kertas
3. Sampah Organik
4. Sampah sangat kotor (misal bekas makan, tulang,dll)
5. Sampah Karton dan Kardus
6. Sampah Beling
7. Sampah Kaleng
Lalu, Sampah di Ba- Gai- Ma- Na- Kan ??
Banyak sekali yang dapat kita lakukan, teman-teman. Teman-teman yang aktif di lingkungan kampus, misalkan aktifis himpunan, dapat mengadakan acara beres-beres kamar kosan bersama dan mengajak teman-teman seprogram studi. Tujuannya apa? Yaitu mengumpulkan barang-barang yang tidak berguna, sekalian memilah, lalu dikumpulkan dan dapat diberikan pada saudara pemulung atau mungkin dijual sendiri untuk danus (dana usaha) sesuai dengan kelompok sampahnya masing-masing. Sampah kertas, karton, kardus, koran, kaleng, beling, banyak sekali menumpuk di kamar bukan? Mungkin, inilah saat yang tepat untuk menjadikan kamar kos kita menjadi nyaman seperti sedia kala. Yang selama ini kamar kita penuh debu, barang kurang penting dan amat berantakan, bisa sekalian kita bersihkan supaya kita juga merasa lebih nyaman dengan kamar kita.
Selain itu, bisa juga kita bersama-sama mengajukan proposal untuk menyediaan tambahan tempat sampah, sekaligus pemilahannya. Tidak usah harus 7 kelompok pemilahan sampah seperti yang dilakukan Romo Andang, tetapi bisa dengan 2 pemisahan/pemilahan saja, yaitu organik dan non organik. Dengan menjadi pencetus, kita pun menjadi pioneer yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Hal ini tidak sulit kawan, apabila kita mau mengerjakannya bersama-sama.
Atau mungkin, teman-teman aktifis media kampus dapat menyebarkan jargon serta propaganda bagi kawan-kawan semua untuk lebih peduli lingkungan, atau memilah sampah, atau membuang sampah pada tempatnya, dll. Saya percaya, aktifis media pasti lebih kreatif dalam membuat jargon ataupun propaganda yang dapat mengena di hati dan pikiran kita-kita. Sebagai contohnya, dahulu, budaya antre di Jakarta masih sangat minus. Tetapi, sejak ada jargon “ Bebek aja bisa antre..” itu membuat hati dan pikiran masyarakat Jakarta jadi terketuk (red. tersepet) dan mulai menjadikan antre sebagai budaya. Seperti itulah kira-kira contoh jargon yang kreatif yang mungkin bisa dikembangkan oleh teman-teman aktifis media.
Untuk teman-teman yang lebih ingin praktek dan terjun langsung, bisa juga memanfaatkan networking, yaitu dengan membangun kerjasama dengan LSM atau Organisasi yang memang concern dengan isu lingkungan. Misalkan Clean Up the World, GROPESH, Greenpeace, Biru Voice, dll. Kita dapat menerapkan metode biopori di lahan-lahan yang ada di Unpar. Misalkan di taman FISIP, atau taman yang ada di sebelah sekretarian Bela Negara,dll. Adakanlah satu dua hari untuk melakukan kegiatan semacam ini. Selain bermanfaat, juga dapat menumbuhkan HABITUS pada diri kita masing-masing. Atau mungkin, bisa juga praktek membuat pupuk kompos dari sampah organik. Mungkin pupuk kompos yang dihasilkan dapat diberikan pada orang-orang yang bermata pencaharian sebagai petani di sekitar lingkungan kampus kita, Ciumbuleuit.
Masih banyak cara-cara yang dapat teman-teman lakukan untuk membuktikan kepedulian teman-teman terhadap lingkungan. Sesuai dengan ketertarikan serta profesi kita masing-masing, kita dapat berkarya. Coba teman-teman pikirkan, apakah saat ini masih ada satu profesi pun yang memperbolehkan kita untuk menyangsikan isu lingkungan? Dokter, Diplomat, Kontraktor, Arsitek, Manajer Industri, Presiden, Sekretaris, Penulis, dll. Semua profesi ini mengharuskan kita memahami isu-isu lingkungan. Apabila tidak paham, maka tidak akan bisa berkembang. Sebagai mahasiswa, marilah kita menjadi pioneer menjadi teladan dalam bukti kepedulian kita terhadap bumi dan lingkungan hidup kita. Sebagai kaum intelek dan aktifis, wajiblah hukumnya kita untuk memulai lebih dulu berdisiplin demi mewujudkan HABITUS cinta dan peduli akan lingkungan hidup. Ingatlah, apabila kita baik pada alam, maka alam pun akan baik pada kita. Selamat berkarya! Salam Mahasiswa, Salam Pejuang Lingkungan Hidup!
Minggu, 19 Agustus 2012 , ditengah Hari Raya Idul Fitri, dengan semangat Kemerdekaan.
Ttd.
Finka Ht.






No comments:
Post a Comment