Sunday, March 31, 2013

Alfan yang kukenal.

Namanya Alfan Hulu, Mahasiswa FISIP, Program Studi Ilmu Administrasi Publik angkatan 2009, asalnya dari Pulau Nias.
Seniorku di lembaga yang saat ini sedang kujalani, MPM.
Sosoknya tinggi, kurus, tegap, dan selalu tampak bersahaja.

Alfan wafat 1 hari setelah wafat-Nya (Tri Hari Suci tahun 2013)
Pada awalnya saya mengenalinya sebatas teman 1 angkatan serta senior di PM Unpar. Kukenal dia orang yang baik, ramah, sederhana, tidak 'neko-neko', rajin, suka membaca, terlebih mengenai berita nasional (Alfan setiap hari membaca koran langganan kantor MPM), senang menulis, nasionalis, idealis, cukup vokal, dan taat.

Kemudian, pada suatu kesempatan, aku sedang mendampingi Geladi khusus SPN (Anak Nias dan Papua) di Kinderdorf sebagai assistant trainer Geladi. Disana kami semua berdinamika. Aku mulai mengenali mereka satu per satu dengan segala keunikan sifat, tingkah lalu, canda, semangat, keluh kesah, serta cerita.
Pada suatu hari, kami mengadakan suatu sesi yang isinya membuat suatu Life line atau garis hidup. Aku memberikan contoh dan mempresentasikan garis hidupku. Mulai dari kelahiran yang ditunggu-tunggu, masa kecil yang menyenangkan, masa kelam, masa perjuangan, kebahagian karena target tercapai, masa kelam lagi, dan lain sebagainya. Dan kemudian setelah aku dan assistant lain, anak-anak SPN mulai mempresentasikan garis hidup mereka. Hampir semuanya mencantumkan masa bahagia disaat mereka mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Unpar. Dengan berbagai macam cerita unik mereka, yang pastinya akan membuat kita terkejut, terharu, lucu, pokoknya tidak akan kita lupakan.

Begitu juga dengan Alfan. Aku masih ingat betul ceritanya. Dia menceritakan masa kecilnya, disaat Ayah dan Ibu kandungnya telah tiada, kemudian tinggal dengan Ayah Ibu angkat, dan sempat mengenyam pendidikan sampai SMA. Lalu setelah itu, yang unik adalah kisah disaat dirinya akan mendapat beasiswa SPN untuk kuliah di Unpar. Jadi ceritanya, Alfan sedang bekerja di ladang, dan kemudian, Romo (biarawan Katolik yang mengelola beasiswa SPN di Nias) menghampirinya dan bertanya padanya apakah Alfan ingin melanjutkan sekolah. Pertama-tama Alfan bingung, tapi dengan semangatnya, Ia menerima tawaran itu dan siap diberangkatkan ke Bandung. Ya, dengan pengetahuan pas-pasan tentang kota Bandung, persiapan yang juga minim, disaat Ia harus kembali mempelajari matematika dan Bahasa Inggris sebagai persyaratan diterima beasiswa, dengan kondisi dirinya yang sudah lama tidak belajar. Seingatku, sempat 2 kali tes. Alfan belajar keras supaya lulus tes, dan akhirnya lulus.

Senang sekali dirinya berada di Bandung. Belajar di Prodi Adm Publik, bertemu teman-teman, berjuang mencapai cita-cita mulia yang kita semua tau, yaitu untuk kembali ke tanah asal, menjadi 'pelayan masyarakat'. Cukup banyak prestasi yang Ia ukir. Menjadi mahasiswa berprestasi di Fakultas, menjadi perwakilan Fakultas di MPM dan menjabat sebagai staff komisi penelitian dan pengembangan selama periode 2011/2012. Mengeluarkan debut pemikirannya di berbagai harian, cetak maupun elektronik. Menjadi pengurus di komunitas agama, menjadi pemimpin kelompok SPN, dll. Alfan merupakan sosok yang taat. Disaat perjanjian mengatakan bahwa dirinya tidak boleh pulang ke Nias sebelum studinya rampung, Alfan menaati. Padahal, rindunya akan kampung halaman terkadang tidak terbendung.

MPM FISIP 2011/2012

Setiap orang memiliki nasibnya. Menurutku, kematian merupakan hal yang tidak bisa kita hindari. Dan kematian bukanlah akhir segalanya. Dia akan menyelesaikan tugasnya di dunia, dan kembali berjumpa dengan Ibu dan Bapaknya disana, yang sudah sangat ia rindukan. Dan tentunya, benih yang sudah ia tabur, akan berbuah kelak. Seluruh kebaikan yang ada pada dirinya, akan menjadi inspirasi bagi sekitarnya. Akan menjadi semangat lebih untuk adik-adiknya, calon penerusnya. Seperti kata salah satu lagu favoritku... Jika biji tidak mati, maka ia tinggal biji, namun bila ia musnah, berbuah berlimpah-limpah! 



Selamat jalan Alfan, kawan dan sahabat! 

No comments: